Sabtu, Agustus 15, 2009

Siapakah yang Sebenarnya Merdeka?

Ungkapan "merdeka" apakah cukup menunjukkan bahwa kita merdeka? Ternyata tidak! Sebab ungkapan sering kali hanyalah "lipstick" belaka ketika orang berusaha menutupi hal yang sebenarnya. Ungkapan dapat berupa "pepes kosong" manakala meluncur dari lisan-lisan mereka yang tidak tahu makna sebenarnya. Ungkapan juga dapat keluar dengan suara merdu dan lucu dari mulut burung beo.

Ketika kita keluar dari kungkungan aturan keluarga yang ketat, apakah dapat dikatakan merdeka? Ternyata tidak! Sebab, kita akan berhadapan dengan tata aturan lebih besar yang mengatur kita. Ketika kita keluar dari batasan-batasan dan aturan nilai luhur agama, apakah lantas kita merasa merdeka? Ternyata juga tidak! Sebab, kita ternyata berhadapan dengan aturan-aturan orang lain yang seringkali kita terpaksa mengikutinya. Bahkan kita juga sering tunduk terhadap aturan-aturan nafsu kita.

Ketika kita keluar dari cengkeraman penjajah Belanda, apakah bisa kita disebut merdeka? Ternyata juga belum! Jika kita masih didominasi oleh kepentingan asing (ekonomi, politik, pertahanan dll.), berarti kita belum merdeka. Jika kita masih tunduk oleh tata pergaulan bermisi nafsu syaitani, maka berarti belum merdeka. Jika kita masih lebih suka berpihak pada nafsu, maka kita lebih pantas disebut sebagai "budak" nafsu, bukan makhluk yang merdeka.

Selama kita masih didominasi oleh makhluk, maka berarti kita dengan sadar memposisikan diri kita lebih rendah dari makhluk. Padahal tidak ada makhluk yang memiliki sifat sempurna. Jika kita tunduk kepada dominasi makhluk, maka kita menjadi budak makhluk itu. Ketika kita tunduk pada harta dan jabatan kita, maka harta dan jabatan itu menjadi majikan kita, dan kita menjadi budaknya. Ketika kita loyal buta kepada pimpinan partai, organisasi, kelompok, dan isme buatan manusia yang dianutnya, maka berarti kita biarkan diri dijajah mereka.

Apakah kita rela ditaur (atau menghambakan diri kepada) makhluk yang sama lemahnya dengan kita? Tentu kita akan menjawab, "Tidak!" Ya, kita tentu rugi dan direndahkan. Padahal kita adalah makhluk yang mulia, bukan? Yang pantas mengatur kita hanya Allah SWT yang memiliki sifat serba MAHA. Dialah yang Absolute (mutlak), Distinct (berbeda dengan makhluk), dan Unique (satu-satunya). Hanya Dialah yang berhak mengatur kita, karena Dia yang menciptakan kita.

Ketika kita sadar memposisikan diri sebagai hamba dan mengakui Allah SWT sebagai majikan (Tuhan), maka pada saat itulah nilai kemanusiaan kita menjadi sebenarnya. Pada saat itulah "kemerdekaan" benar-benar kita dapatkan. Kita tidak didominasi oleh siapa pun kecuali oleh Allah SWT yang memang seharusnya mendominasi kita. Tetapi ketika kita memposisikan diri sebagai hamba makhluk, maka berarti kita dengan sadar menjatuhkan harga diri kita ke tempat sehina-hinanya.

"Abdullah" (hamba Allah) adalah mereka yang sebenar-benarnya "merdeka."


Senin, Agustus 03, 2009

Keputusan

Sebelum seseorang mengambil keputusan, berbagai pertimbangan telah diperhitungkannya dengan baik. Kemungkinan baik dan buruk yang akan terjadi nampak terukur dan dipergunakan sebagai bahan untuk memilih tindakan apa yang akan diambil. Tindakan itu adalah sebuah keputusan.

Begitu seseorang telah mengambil keputusan, maka berarti ia sudah siap mengambil resiko apapun yang akan dihadapinya. Jika keputusan yang telah diambilnya itu berhubungan dengan orang lain, berarti sebelumnya ia telah membuat agreement dengan mereka. Agreement itu bisa berupa written agreement atau gentle agreement. Bagi orang yang lurus, kedua agreement itu sama-sama bersifat mengikat.

Pada saat pelaksanaan keputusan itulah seseorang akan dinilai sejauh mana konsistensinya terhadap komitmen yang telah diambilnya. Ketika ia menghadapi resiko yang menguntungkan biasanya ia tetap konsisten pada keputusannya. Tetapi ketika resiko merugikan yang dihadapinya, maka ia cenderung untuk mengkhianati agreement-nya.

Pada kondisi seperti itu ia cenderung untuk melarikan diri dari resiko yang dulu pernah dengan gagah dan lantang akan dihadapinya. Tetapi mengapa ia harus memilih kalah dan berkhianat? Bukankah semestinya siap menghadapinya untuk mencari jalan keluarnya?

Manusia kreatif akan selalu berusaha untuk mencari alternatif solusi. Dan ia akan menemukan banyak alternatif. Akhirnya ia mendapatkan kebahagiaan atas prestasinya, yang didapatkan dengan kebesaran hati untuk tetap konsisten (istiqamah) dalam agreement yang telah dengan sadar diambilnya.

Semoga berbahagia orang-orang yang seperti ini. Amin.


Quality First

"Quality First" adalah suatu istilah yang tidak berlebihan. Sebab, jika kita mendapatkan sesuatu, tentu kita menginginkan kualitas yang terbaik. Secara tidak langsung kita menuntut pihak lain memberikan kualitas yang terbaik untuk kita. Maka, mengapa kita cenderung tidak memberikan kualitas yang terbaik untuk pihak lain?


Apa yang kita kerjakan juga akan berdampak langsung bagi kita sendiri. Kita sering menuntut segala yang kita terima mempunyai kualitas terbaik, tetapi karya kita tidak mendukung ke arah itu. Mana mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik?

Contohnya, kita ingin orang lain menghargai kita selayaknya sebagai manusia terhormat, tetapi kita tidak pernah menghormati orang lain secara layak. Kita ingin mendapatkan nilai yang bagus, tetapi kita tidak pernah belajar dengan baik. Kita menginginkan anak kita menjadi sholeh/sholihah, tetapi perilaku kita justeru jauh dari tatanan agama. Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Logis, bukan?

Nah, jika kita menginginkan sesuatu yang kita terima berkualitas, marilah kita berkarya yang berkualitas!

About "Quality First"

“Quality First” is a term that is not excessive. Because, if we get something, of course we want the best quality. Indirectly we want others provide the best quality for us. So, why do we tend not to give the best quality for the others?

"Quality First" adalah suatu istilah yang tidak berlebihan. Sebab, jika kita mendapatkan sesuatu, tentu kita menginginkan kualitas yang terbaik. Secara tidak langsung kita menuntut pihak lain memberikan kualitas yang terbaik untuk kita. Maka, mengapa kita cenderung tidak memberikan kualitas yang terbaik untuk pihak lain?