Ketika kita keluar dari kungkungan aturan keluarga yang ketat, apakah dapat dikatakan merdeka? Ternyata tidak! Sebab, kita akan berhadapan dengan tata aturan lebih besar yang mengatur kita. Ketika kita keluar dari batasan-batasan dan aturan nilai luhur agama, apakah lantas kita merasa merdeka? Ternyata juga tidak! Sebab, kita ternyata berhadapan dengan aturan-aturan orang lain yang seringkali kita terpaksa mengikutinya. Bahkan kita juga sering tunduk terhadap aturan-aturan nafsu kita.
Ketika kita keluar dari cengkeraman penjajah Belanda, apakah bisa kita disebut merdeka? Ternyata juga belum! Jika kita masih didominasi oleh kepentingan asing (ekonomi, politik, pertahanan dll.), berarti kita belum merdeka. Jika kita masih tunduk oleh tata pergaulan bermisi nafsu syaitani, maka berarti belum merdeka. Jika kita masih lebih suka berpihak pada nafsu, maka kita lebih pantas disebut sebagai "budak" nafsu, bukan makhluk yang merdeka.
Selama kita masih didominasi oleh makhluk, maka berarti kita dengan sadar memposisikan diri kita lebih rendah dari makhluk. Padahal tidak ada makhluk yang memiliki sifat sempurna. Jika kita tunduk kepada dominasi makhluk, maka kita menjadi budak makhluk itu. Ketika kita tunduk pada harta dan jabatan kita, maka harta dan jabatan itu menjadi majikan kita, dan kita menjadi budaknya. Ketika kita loyal buta kepada pimpinan partai, organisasi, kelompok, dan isme buatan manusia yang dianutnya, maka berarti kita biarkan diri dijajah mereka.
Apakah kita rela ditaur (atau menghambakan diri kepada) makhluk yang sama lemahnya dengan kita? Tentu kita akan menjawab, "Tidak!" Ya, kita tentu rugi dan direndahkan. Padahal kita adalah makhluk yang mulia, bukan? Yang pantas mengatur kita hanya Allah SWT yang memiliki sifat serba MAHA. Dialah yang Absolute (mutlak), Distinct (berbeda dengan makhluk), dan Unique (satu-satunya). Hanya Dialah yang berhak mengatur kita, karena Dia yang menciptakan kita.
Ketika kita sadar memposisikan diri sebagai hamba dan mengakui Allah SWT sebagai majikan (Tuhan), maka pada saat itulah nilai kemanusiaan kita menjadi sebenarnya. Pada saat itulah "kemerdekaan" benar-benar kita dapatkan. Kita tidak didominasi oleh siapa pun kecuali oleh Allah SWT yang memang seharusnya mendominasi kita. Tetapi ketika kita memposisikan diri sebagai hamba makhluk, maka berarti kita dengan sadar menjatuhkan harga diri kita ke tempat sehina-hinanya.
"Abdullah" (hamba Allah) adalah mereka yang sebenar-benarnya "merdeka."